Rabu, 09 Mei 2012

Remaja Beretika, Sukses Keluarga dan Sahabat


Dalam perkembangan abad modern dan era globalisasi ini, tantangan dan tuntutan terhadap manusia yang berkualitas semakin penting untuk diperhatikan. Remaja sebaga generasi penerus dituntut peranan dan tanggung jawabnya untuk menerima estafet kehidupan di muka bumi. Banyak generasi muda yang sudah menyadari peranan dan tanggung jawabnya terhadap negara dan kehidupan masyarakat di masa yang akan datang. Namun, masih ada sebagian generasi muda yang kurang menyadari tanggung jawabnya sebagai generasi penerus bangsa.
Salah satu fase perkembangan manusia adalah masa remaja sebagai masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja ini mempunyai ciri-ciri tersendiri yang cukup dominan, baik dari segi kehidupan jasmani maupun rohani, sehingga hal ini harus mendapat perhatian khusus dari siapa saja yang bersangkutan, baik secara biologis maupun secara psikologis.
            Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru cenderung negatif. Didalam lapangan pendidikan, para pendidik yaitu peran guru, orang tua, tempat ibadah dan masyarakat atau lembaga pendidik lain kerap kali melihat timbulnya gejala-gejala apa yang disebut kenakalan remaja, seperti membolos sekolah, jarang masuk sekolah (terlambat), senang kebut-kebutan, mempunyai perkumpulan tersendiri atau lebih dikenal genk. Sebelumnya kita perlu memahami terlebih dahulu, arti remaja secara khusus.

Pengertian Remaja dan Etika
            Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Monks, 2002). Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja secara lebih konseptual, Remaja adalah suatu masa dimana Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
           
            Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah mengalami perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat, dimana secara fisik remaja telah menyamai orang dewasa, tetapi secara psikologis mereka belum matang
Menurut para ahli, etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Etika itu mempunyai arti yang penting sekali dalam kehidupan manusia pada umumnya, salah satu pelengkap hubungan antara manusia satu dengan lainnya atau masyarakat. Kemanapun juga orang pergi ia akan selalu berhadapan dengan yang namanya etika atau istilah lain adalah etiket, sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai salah satu dari bagian masyarakat yang beradab. Dengan etika ini seolah-olah setiap orang diharuskan menjadi lebih baik, lebih dewasa, lebih memahami kehidupan , lebih toleran terhadap sesama dan lebih berpikir. Karena memang demikianlah tuntutan zaman yang semakin modern. (Ben Handayana,1975)

Kenakalan Remaja
            Para ahli berpendapat bahwa masa remaja merupakan tahap perkembangan yang rawan, dengan disertainya berbagai gejolak serta benturan yang terjadi antara remaja dengan lingkungan keluarga (orangtua) dan dengan lingkungan sosial (masyarakat dan teman). Penyebab utamanya adalah keinginan kuat remaja mencari jati diri serta identitas pribadinya. Selama proses pencarian tersebut, remaja cenderung menentang norma yang telah berlaku, tidak ingin sama dengan lingkungan, dan ingin menampilkan dirinya sebagai pribadi berbeda dengan karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh individu lainnya, disebut sebagai orisinalitas remaja.
Istilah kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentan yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial (missal bersikap berlebihan di sekolah) sampai pelanggaran status hingga tindak criminal (missal mencuri) (Santrock, 2003).
            Kecenderungan kenakalan remaja merupakan ketidak mampuan remaja mengontrol diri, atau menyalahgunakan kontrol diri tersebut, meremehkan keberadaan orang lain, menegakkan standar tingkah laku sendiri, disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu untuk mencapai satu objek tertentu dengan cara kekerasan dan agresi. Remaja seperti ini sangat egois, dan suka menyalahgunakan atau melebihlebihkan harga dirinya

Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian Remaja

Masyarakat yang telah berkembang demikian pesat, baik dalam perubahan materi maupun pergeseran nilai-nilai kehidupannya pun akan terkena dampaknya, tidak saja kepada orang tua tapi juga kaum remaja. Jika perhatian waktu orang tua terhadap anak disita oleh keunggulan materi maka pemenuhan tanggung jawab terhadap anak-anaknya menjadi terbengkalai. Secara sederhana ada beberapa faktor penyebab pembentuk kepribadian remaja, yaitu :
1.         Faktor lingkungan orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dekat, teman sekolah dan juga pendidik di sekolah.
2.         Faktor kelabilan jiwa remaja yang cenderung mengalami perubahan sehingga remaja mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan dan mengarahkan berbagai dorongan kejiwaan pada dirinya.
3.         Terakhir adalah faktor eksternal yang sekarang serba boleh/permisif, seperti berubahnya nilai-nilai dalam masyarakat, tayangan dan informasi yang tidak mendidik, gaya hidup hedonisme/materialisme.

Remaja Orang Tua dan  Pornografi
Salah satu masalah etika remaja yang perlu doperhatikan adalah mengenai etika dan moral (moral value) remaja yang semakin mengalami penurunan setiap tahun. Dalam pembahasan ini ada dua hal akan dibahas, yaitu etika terhadap orang tua sebagai masalah yang mendasar dan Pornografi yang mengancam anak dan remaja
Dalam budaya leluhur dahulu bahkan berjalan melewati orangtua, guru atau orang yang lebih tua saja harus membungkuk. Sedangkan membantah atau berkata keras saja kepada guru atau orangtua sudah merupakan tindakan buruk. Memang, untuk hormat kepada orangtua tidak harus menyembah atau membungkuk terlalu dalam, tetapi paling tidak etika dan kesopanan terhadap orangtua, guru atau orang lebih tua harus tetap dijunjung tinggi.
Komunikasi dan pembelajaran etika dan disiplin kepada remaja sering menghadapi kesulitan karena sebagian dari remaja sekarang jauh lebih berani dan kasar dalam bersikap, Remaja menjadi lebih kritis tapi sering tidak pada tempatnya serta lebih emosional. Sebagian remaja juga cenderung kurang menghargai teman, orangtua bahkan gurunya di sekolah. Bahkan fenomena yang sekarang ini terjadi adalah remaja sebagai siswa cenderung memperbincangkan kejelekan bahkan aib guru mereka kepada teman-teman sebayanya,
Masalah etika lain yang berkembang pada era global adalah semakin mudahnya remaja dalam memperoleh informasi tentng seks melalui ilmu teknologi, berawal dari rasa ingin tahu dan semakin berkembangnya ilmu teknologi memudahkan remaja untuk mendapatkan semuanya, setiap perkembangan ilmu pasti ada dampak positif dan negatifnya, namun bagi mereka yang  sudah menyiapkan hal tersebut, tentu tidak akan membawa masalah yang berarti, kemudian bagaimana dengan remaja yang masih miskin pengalaman dan umumnya hanya menggunakan emosi sesaat bukan rasionalitas dalam mengambil sebuah keputusan.
Kemorosotan etika dan moral para remaja ini tergambar dari beberapa data seperti laporan Klinik Catur Warga Denpasar pada tahun 1996 menyebutkan 3000 pasangan KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan/Unwanted Pregnancy) yang berkunjung ke klinik tersebut ternyata 60%-70% adalah pasangan remaja pranikah. Dalam koran Surya 3 Juli 1995, petugas memergoki remaja berseragam sekolah sedang antri di depan pintu para pelacur. Bahkan AR. Fakhruddin pernah menulis bahwa 60% remaja putri di Yogyakarta yang memasuki gerbang pernikahan, ternyata sudah bukan gadis lagi. Data terakhir sebuah lembaga di Yogyakarta memberikan angka 97,05% mahasiswi di sana sudah tidak perawan

Pengaruh Keluarga dan Teman Sebaya
            Mempertimbangkan masalah etika remaja selalu menunjukan kurva menurun yang sangat ironis marilah kita bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut, setidaknya dapat menguranginya. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan salah satunya adalah pemibinaan oleh keluarga pada hal ini adalah orangtua, yang kedua memalui pemilihanv teman yang beretika baik.kenapa demikian?
            Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan fundamental. Oleh sebab itu, keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan meupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.
            Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Pada remaja yang dipandang sebagai teman sebaya berusaha melakukan apapun untuk dapat diterima sebagai anggota (Santrock, 2003). Teman sebaya memang dapat memberikan pengaruh pada remaja terhadap perilaku dalam interaksinya dengan kehidupan sosial masyarakat. Kelompok teman sebaya merupakan media bagi remaja dalam rangka melatih interaksi sosial kelak sebagai bagian dari anggota masyarakat. kondisi ini memberikan remaja perasaan nyaman dan aman, serta kompensasi atas ketidaksempurnaan (ketidakharmonisan) hubungan yang dijalin dengan keluarga dan sekolah. Pengaruh-pengaruh tersebut akhirnya memberikan kesempatan kepada remaja berpartisipasi guna mengembangkan pengetahuan tentang interaksi sosial, dan loyalitas terhadap kelompok.
            Namun tidak jarang, remaja yang salah dalam memilih teman sebaya, sehingga bukan bukan berguna dalam mengembangkan pengetahuan yang berbudi luhur namun justru antagonis dengan norma-norma yang berlaku, missal remaja yang di paksa oleh kelompoknya untuk menghisap rokok, mencurin dan menonton video porno.

Metode Pendekatan Terhadap Remaja oleh Orangtua dan Teman
Dengan usaha pembinaan yang terarah para remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimabangan diri akan dicapai sehingga tercipta hubungan yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi. Pikiran yang sehat akan mengarahkan mereka ke perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
            Remaja perlu rasa aman dan nyaman, sebagian dari remaja merasa tidak betah berada di lingkungan keluarga mereka karena mereka tidak mendapatkan rasa nyaman dan aman pada kondisi tersebut, dan perasaan itu pun pernah saya alami sendiri sebagai remaja. Dimana rasa bosan dan tidak dibutuhkan membuat remaja ingin mencari kehidupan lain di luar sana. Maka dari itu peran keluarga yang harus dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada anak-anak mereka. Kesesuaian, merujuk pada interaksi yang terkoordinasi secara hati-hati antara orangtua dan anak atau remaja, yang saling menyelaraskan perilaku, yang seringkali secara tidak sadar. Berbicara secara bergantian yang terjadi pada negosiasi orangtua-remaja menggambarkan hubungan orangtua-remajayang bersifat timbal balik dan sesuai. Beriknlah Umpan balik. Berikan umpan balik, berikan pertanyaan-pertanyaa pada saat orangtua dan anak sedang duduk bersama agar anak atau remaja dapat bercerita apa masal-masalah mereka dan berikan solusi kepada mereka. Berikan penjelasan, Remaja yang menjadi lebih kritis butuh penjelasan-penjelasan yang masuk akal, bukan sekedar kalimat perintah dari orangtua untuk dilaksanakan, karena remaja bukanlah robot.
            Dalam interaksinya dengan teman sebaya persoalan dan intrik akan selalu timbul dalam proses sosialisasi, perlu adanya rasa memahami dan toleransi pada setiap individu dan kelompok untuk dapat menerima kekurangan dan masalah. Namun dalam persahabatan jangan menjadikan perbedaan antara teman dan keluarga, karena pada umumnya remaja lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka dari pada keluarga. Namun pada akhir dari segala perjalanan hidup manusia adalah keluarga,
            Dari sudut pandang remaja sendiri, mereka harus dapat mengubah pola pikir yang kristis terhadap suatu masalah secara rasional dan praktis, rasa ingin tahu yang tinggi harus mereka arahkan pada hal-hal yang bersifat positif. Remaja harus optimis dalam mencari jatidiri sesuai dengan norma yang berlaku. Semangat remaja yang bergejolak harus diarahkan pada kegiatan organisasi yang penting bagi management kepribadian.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan yang tidak harmonis antara keluarga dan remaja dapat mengubah kepribadian remaja menjadi tidak beretika. Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya dengan kecenderungan kenakalan remaja; semakin positif persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya, maka semakin rendah kecenderungan kenakalan remaja. Sebaliknya, semakin negatif persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya maka semakin tinggi kecenderungan kenakalan remaja. Oleh sebab itu, perlu adanya rasa saling memahami dan mengahargai antara keluarga, remaja, dan teman sebaya, 
Dari pembahasan ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang memiliki kerpribadian kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.







Daftar Pustaka

Santrock, W, Jhon. 2003. Adoleschence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Handayana, Ben. 1975. Etiket dan Pergaulan. Yogyakarta: Kanisius
Muhtarom. 1981. Agama dan Moral Remaja. Fakultas Da’wah IAIN Walisongo: Semarang


Istiyanto, Bekti. ”Remaja dan Etika Pergaulan Dalam Islam.” http://sbektiistiyanto.files.word press.com/2008/02/remaja.doc ( diakses tanggal 17 Maret 2010)
Istiyanto, Bekti. Perilaku Remaja Dengan Komunikasi Yang Benar .http://sbektiistiyanto.files. wordpress.com/2008/02/kom-rmj_artkl.doc (diakses 24 maret 2010)
Asfriyati. Pengaruh keluarga terhadap kenakalan anak. http://anharifamily.files.wordpress. com/2007/09/fkm-asfriyati1.pdf (diakses 24 maret 2010)
Rasalwati, hani. Keluarga Sebagai Kekuatan Pencegah Kenakalan Anak dan Remaja. http://rud yct.com/PPS702-ipb/08234/uke_h_rasalwati.htm (diakses tanggal 24 maret 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar