Dalam perkembangan abad modern
dan era globalisasi ini, tantangan dan tuntutan terhadap manusia yang
berkualitas semakin penting untuk diperhatikan. Remaja sebaga generasi penerus
dituntut peranan dan tanggung jawabnya untuk menerima estafet kehidupan di muka
bumi. Banyak generasi muda yang sudah menyadari peranan dan tanggung jawabnya
terhadap negara dan kehidupan masyarakat di masa yang akan datang. Namun, masih
ada sebagian generasi muda yang kurang menyadari tanggung jawabnya sebagai
generasi penerus bangsa.
Salah satu fase perkembangan
manusia adalah masa remaja sebagai masa transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa remaja ini mempunyai ciri-ciri tersendiri yang cukup dominan, baik
dari segi kehidupan jasmani maupun rohani, sehingga hal ini harus mendapat
perhatian khusus dari siapa saja yang bersangkutan, baik secara biologis maupun
secara psikologis.
Berbicara
tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya,
sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru cenderung negatif.
Didalam lapangan pendidikan, para pendidik yaitu peran guru, orang tua, tempat
ibadah dan masyarakat atau lembaga pendidik lain kerap kali melihat timbulnya
gejala-gejala apa yang disebut kenakalan remaja, seperti membolos sekolah,
jarang masuk sekolah (terlambat), senang kebut-kebutan, mempunyai perkumpulan
tersendiri atau lebih dikenal genk.
Sebelumnya kita perlu memahami terlebih dahulu, arti remaja secara khusus.
Pengertian Remaja dan Etika
Masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum
memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Monks,
2002). Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja
secara lebih konseptual, Remaja adalah
suatu masa dimana Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik satu
kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, karena pada masa ini remaja telah mengalami perkembangan fisik maupun
psikis yang sangat pesat, dimana secara fisik remaja telah menyamai orang
dewasa, tetapi secara psikologis mereka belum matang
Menurut para ahli, etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan
antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Etika itu mempunyai arti yang penting sekali
dalam kehidupan manusia pada umumnya, salah satu pelengkap hubungan antara
manusia satu dengan lainnya atau masyarakat. Kemanapun juga orang pergi ia akan
selalu berhadapan dengan yang namanya etika atau istilah lain adalah etiket,
sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai salah satu dari bagian
masyarakat yang beradab. Dengan etika ini seolah-olah setiap orang diharuskan
menjadi lebih baik, lebih dewasa, lebih memahami kehidupan , lebih toleran
terhadap sesama dan lebih berpikir. Karena memang demikianlah tuntutan zaman
yang semakin modern. (Ben Handayana,1975)
Kenakalan
Remaja
Para
ahli berpendapat bahwa masa remaja merupakan tahap perkembangan yang rawan,
dengan disertainya berbagai gejolak serta benturan yang terjadi antara remaja
dengan lingkungan keluarga (orangtua) dan dengan lingkungan sosial (masyarakat
dan teman). Penyebab utamanya adalah keinginan kuat remaja mencari jati diri
serta identitas pribadinya. Selama proses pencarian tersebut, remaja cenderung
menentang norma yang telah berlaku, tidak ingin sama dengan lingkungan, dan
ingin menampilkan dirinya sebagai pribadi berbeda dengan karakteristik khas
yang tidak dimiliki oleh individu lainnya, disebut sebagai orisinalitas remaja.
Istilah
kenakalan remaja (juvenile delinquency)
mengacu pada suatu rentan yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat
diterima secara sosial (missal bersikap berlebihan di sekolah) sampai
pelanggaran status hingga tindak criminal (missal mencuri) (Santrock, 2003).
Kecenderungan kenakalan remaja
merupakan ketidak mampuan remaja mengontrol diri, atau menyalahgunakan kontrol
diri tersebut, meremehkan keberadaan orang lain, menegakkan standar tingkah
laku sendiri, disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu
untuk mencapai satu objek tertentu dengan cara kekerasan dan agresi. Remaja
seperti ini sangat egois, dan suka menyalahgunakan atau melebihlebihkan harga
dirinya
Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Remaja
Masyarakat yang telah berkembang demikian pesat,
baik dalam perubahan materi maupun pergeseran nilai-nilai kehidupannya pun akan
terkena dampaknya, tidak saja kepada orang tua tapi juga kaum remaja. Jika
perhatian waktu orang tua terhadap anak disita oleh keunggulan materi maka
pemenuhan tanggung jawab terhadap anak-anaknya menjadi terbengkalai. Secara
sederhana ada beberapa faktor penyebab pembentuk kepribadian remaja, yaitu :
1.
Faktor lingkungan
orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dekat, teman sekolah dan juga
pendidik di sekolah.
2.
Faktor kelabilan jiwa
remaja yang cenderung mengalami perubahan sehingga remaja mengalami kesulitan
dalam menyeimbangkan dan mengarahkan berbagai dorongan kejiwaan pada dirinya.
3.
Terakhir adalah faktor
eksternal yang sekarang serba boleh/permisif, seperti berubahnya nilai-nilai
dalam masyarakat, tayangan dan informasi yang tidak mendidik, gaya hidup
hedonisme/materialisme.
Remaja Orang Tua dan Pornografi
Salah satu masalah etika remaja yang perlu doperhatikan
adalah mengenai etika dan moral (moral value)
remaja yang semakin mengalami penurunan setiap tahun. Dalam pembahasan ini ada
dua hal akan dibahas, yaitu etika terhadap orang tua sebagai masalah yang mendasar
dan Pornografi yang mengancam anak dan remaja
Dalam budaya leluhur dahulu bahkan berjalan
melewati orangtua, guru atau orang yang lebih tua saja harus membungkuk.
Sedangkan membantah atau berkata keras saja kepada guru atau orangtua sudah
merupakan tindakan buruk. Memang, untuk hormat kepada orangtua tidak harus
menyembah atau membungkuk terlalu dalam, tetapi paling tidak etika dan
kesopanan terhadap orangtua, guru atau orang lebih tua harus tetap dijunjung
tinggi.
Komunikasi dan pembelajaran etika dan
disiplin kepada remaja sering menghadapi kesulitan karena sebagian dari remaja
sekarang jauh lebih berani dan kasar dalam bersikap, Remaja menjadi lebih
kritis tapi sering tidak pada tempatnya serta lebih emosional. Sebagian remaja
juga cenderung kurang menghargai teman, orangtua bahkan gurunya di sekolah.
Bahkan fenomena yang sekarang ini terjadi adalah remaja sebagai siswa cenderung
memperbincangkan kejelekan bahkan aib guru mereka kepada teman-teman sebayanya,
Masalah etika lain yang berkembang pada era
global adalah semakin mudahnya remaja dalam memperoleh informasi tentng seks
melalui ilmu teknologi, berawal dari rasa ingin tahu dan semakin berkembangnya
ilmu teknologi memudahkan remaja untuk mendapatkan semuanya, setiap
perkembangan ilmu pasti ada dampak positif dan negatifnya, namun bagi mereka
yang sudah menyiapkan hal tersebut,
tentu tidak akan membawa masalah yang berarti, kemudian bagaimana dengan remaja
yang masih miskin pengalaman dan umumnya hanya menggunakan emosi sesaat bukan
rasionalitas dalam mengambil sebuah keputusan.
Kemorosotan etika dan moral para remaja ini
tergambar dari beberapa data seperti laporan Klinik Catur Warga Denpasar pada
tahun 1996 menyebutkan 3000 pasangan KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan/Unwanted Pregnancy) yang berkunjung ke
klinik tersebut ternyata 60%-70% adalah pasangan remaja pranikah. Dalam koran
Surya 3 Juli 1995, petugas memergoki remaja berseragam sekolah sedang antri di
depan pintu para pelacur. Bahkan AR.
Fakhruddin pernah menulis bahwa 60% remaja putri di Yogyakarta yang
memasuki gerbang pernikahan, ternyata sudah bukan gadis lagi. Data terakhir
sebuah lembaga di Yogyakarta memberikan angka 97,05% mahasiswi di sana sudah
tidak perawan
Pengaruh Keluarga dan
Teman Sebaya
Mempertimbangkan
masalah etika remaja selalu menunjukan kurva menurun yang sangat ironis marilah
kita bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut, setidaknya dapat
menguranginya. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan salah satunya adalah
pemibinaan oleh keluarga pada hal ini adalah orangtua, yang kedua memalui
pemilihanv teman yang beretika baik.kenapa demikian?
Keluarga merupakan kesatuan yang
terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan
fundamental. Oleh sebab itu, keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam
mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun
tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian
akan meupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada
anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana
pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat
jalannya.
Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang
sama. Pada remaja yang dipandang sebagai teman sebaya berusaha melakukan
apapun untuk dapat diterima sebagai anggota (Santrock, 2003). Teman
sebaya memang dapat memberikan pengaruh pada remaja terhadap perilaku dalam
interaksinya dengan kehidupan sosial masyarakat. Kelompok teman sebaya
merupakan media bagi remaja dalam rangka melatih interaksi sosial kelak sebagai
bagian dari anggota masyarakat. kondisi ini memberikan remaja perasaan nyaman
dan aman, serta kompensasi atas ketidaksempurnaan (ketidakharmonisan) hubungan
yang dijalin dengan keluarga dan sekolah. Pengaruh-pengaruh tersebut akhirnya
memberikan kesempatan kepada remaja berpartisipasi guna mengembangkan
pengetahuan tentang interaksi sosial, dan loyalitas terhadap kelompok.
Namun tidak jarang, remaja yang
salah dalam memilih teman sebaya, sehingga bukan bukan berguna dalam
mengembangkan pengetahuan yang berbudi luhur namun justru antagonis dengan
norma-norma yang berlaku, missal remaja yang di paksa oleh kelompoknya untuk
menghisap rokok, mencurin dan menonton video porno.
Metode
Pendekatan Terhadap Remaja oleh Orangtua dan Teman
Dengan usaha pembinaan yang terarah para
remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimabangan diri akan
dicapai sehingga tercipta hubungan yang serasi antara aspek rasio dan aspek
emosi. Pikiran yang sehat akan mengarahkan mereka ke perbuatan yang pantas,
sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau
persoalan masing-masing.
Remaja perlu rasa aman dan nyaman, sebagian dari remaja merasa tidak
betah berada di lingkungan keluarga mereka karena mereka tidak mendapatkan rasa
nyaman dan aman pada kondisi tersebut, dan perasaan itu pun pernah saya alami
sendiri sebagai remaja. Dimana rasa bosan dan tidak dibutuhkan membuat remaja
ingin mencari kehidupan lain di luar sana. Maka dari itu peran keluarga yang
harus dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada anak-anak mereka. Kesesuaian, merujuk pada interaksi yang
terkoordinasi secara hati-hati antara orangtua dan anak atau remaja, yang
saling menyelaraskan perilaku, yang seringkali secara tidak sadar. Berbicara
secara bergantian yang terjadi pada negosiasi orangtua-remaja menggambarkan
hubungan orangtua-remajayang bersifat timbal balik dan sesuai. Beriknlah Umpan
balik. Berikan umpan balik, berikan
pertanyaan-pertanyaa pada saat orangtua dan anak sedang duduk bersama agar anak
atau remaja dapat bercerita apa masal-masalah mereka dan berikan solusi kepada
mereka. Berikan penjelasan, Remaja
yang menjadi lebih kritis butuh penjelasan-penjelasan yang masuk akal, bukan
sekedar kalimat perintah dari orangtua untuk dilaksanakan, karena remaja
bukanlah robot.
Dalam interaksinya dengan teman
sebaya persoalan dan intrik akan selalu timbul dalam proses sosialisasi, perlu
adanya rasa memahami dan toleransi pada setiap individu dan kelompok untuk
dapat menerima kekurangan dan masalah. Namun dalam persahabatan jangan
menjadikan perbedaan antara teman dan keluarga, karena pada umumnya remaja lebih
mengutamakan kepentingan kelompok mereka dari pada keluarga. Namun pada akhir
dari segala perjalanan hidup manusia adalah keluarga,
Dari sudut pandang remaja sendiri,
mereka harus dapat mengubah pola pikir yang kristis terhadap suatu masalah
secara rasional dan praktis, rasa ingin tahu yang tinggi harus mereka arahkan
pada hal-hal yang bersifat positif. Remaja harus optimis dalam mencari jatidiri
sesuai dengan norma yang berlaku. Semangat remaja yang bergejolak harus
diarahkan pada kegiatan organisasi yang penting bagi management kepribadian.
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa hubungan yang tidak harmonis antara keluarga dan remaja dapat
mengubah kepribadian remaja menjadi tidak beretika. Ada hubungan negatif antara
persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya dengan kecenderungan kenakalan
remaja; semakin positif persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya, maka
semakin rendah kecenderungan kenakalan remaja. Sebaliknya, semakin negatif
persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya maka semakin tinggi
kecenderungan kenakalan remaja. Oleh sebab itu, perlu adanya rasa saling
memahami dan mengahargai antara keluarga, remaja, dan teman sebaya,
Dari pembahasan ini perlu ditekankan
bahwa segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap,
serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang memiliki kerpribadian
kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai
anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.
Daftar Pustaka
Santrock, W, Jhon. 2003. Adoleschence
Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi
Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Handayana, Ben. 1975. Etiket
dan Pergaulan. Yogyakarta: Kanisius
Muhtarom. 1981. Agama dan
Moral Remaja. Fakultas Da’wah IAIN Walisongo: Semarang
http://h2dy.wordpress.com/2008/12/10/definisi-remaja/
( diakses tanggal 20 maret 2010
Istiyanto, Bekti. ”Remaja dan
Etika Pergaulan Dalam Islam.” http://sbektiistiyanto.files.word
press.com/2008/02/remaja.doc ( diakses tanggal 17 Maret 2010)
http://korananakindonesia.wordpress.com/2009/12/31/10-besar-permasalahan-generasi-muda-pada-tahun-2009/
(diakses tanggal 23 Maret 2010)
http://www.scribd.com/document_downloads/24668967?extension=doc
(diakses tanggal 23 Maret 2010)
Istiyanto,
Bekti. Perilaku Remaja Dengan Komunikasi Yang Benar .http://sbektiistiyanto.files.
wordpress.com/2008/02/kom-rmj_artkl.doc
(diakses 24 maret 2010)
Asfriyati. Pengaruh keluarga terhadap kenakalan anak.
http://anharifamily.files.wordpress.
com/2007/09/fkm-asfriyati1.pdf (diakses 24 maret 2010)
http://tumbuh-kembang-anak.blogspot.com/2008/03/pendahuluan-saat-di-layar-televisi-kita.html (diakses
tanggal 24 Maret 2010)
Rasalwati, hani. Keluarga Sebagai Kekuatan
Pencegah Kenakalan Anak dan Remaja. http://rud
yct.com/PPS702-ipb/08234/uke_h_rasalwati.htm (diakses tanggal 24
maret 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar